Membawa Balita ke Bioskop

Membawa Balita ke Bioskop

Rasanya hampir semua orang senang menonton film. Tidak heran bioskop sering terlihat ramai di akhir pekan. Menonton film di bioskop bisa menjadi aktivitas pelepas stres yang menyenangkan, apalagi jika ditemani orang-orang tercinta.

Akan tetapi, orangtua yang memiliki anak mungkin cukup kesulitan melakukan aktivitas ini. Mengajak anak kecil ke tempat umum tentu membutuhkan kerja ekstra. Tidak seperti orang dewasa yang mampu duduk diam dalam waktu lama, anak cenderung cepat bosan. 
Namun, tidak semua orang memiliki ‘kemewahan' bisa menitipkan anak mereka kepada orangtua atau asisten rumah tangga. Alhasil, sebagian orangtua memutuskan mengajak anak mereka ke bioskop.

Kini semakin banyak orangtua yang membawa balita, bahkan bayi, ke dalam bioskop. Tidak jarang, orangtua memilih waktu sore dan malam hari untuk menonton film di bioskop bersama anak mereka.

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan: bolehkah mengajak bayi menonton film di bioskop? Kapan sebenarnya anak bisa ikut ke bioskop bersama orangtua?

Sebelum memutuskan mengajak anak Anda, terutama bayi dan balita, ke bioskop, ada beberapa poin yang perlu menjadi pertimbangan Anda.

SUARA KERAS MEMILIKI EFEK BURUK BAGI BAYI ANDA

Bagi orangtua baru, kehidupan mereka berubah sepenuhnya ketika mempunyai anak. Sebelum memiliki anak, mereka punya kebebasan untuk pergi kemanapun dan melakukan aktivitas apapun. Namun, setelah buah hati mereka lahir, mereka seolah ‘terkurung' di rumah karena harus mengurus segala kebutuhan anak mereka, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.

Tentu sangat dimaklumi jika orangtua merindukan aktivitas yang biasa mereka lakukan sebelum hadirnya si buah hati. Akan tetapi, jika Anda berpikiran mengajak anak Anda yang belum berusia 1 tahun menonton film di bioskop, pertimbangkan dulu hal ini.

Para ahli menghimbau agar orangtua menghindarkan atau meminimalkan bayi dan balita dari kebisingan dalam waktu lama. Membawa bayi dan balita Anda ke tempat-tempat seperti bioskop atau pusat perbelanjaan, bahkan tempat bermain anak di mal, lebih dari satu atau dua jam berpotensi mengakibatkan kelelahan koklea (rumah siput) pada telinga.
Organ-organ tubuh bayi belum matang dan masih berkembang, apalagi indera pendengaran mereka. Mendengarkan suara 100 desibel selama lebih dari 15 menit dinilai tidak aman bagi rata-rata orang dewasa. Sementara, kanal telinga bayi dan balita berukuran lebih kecil daripada orang dewasa. Sehingga, jika Anda mendengarkan suara 100 desibel, bagi bayi dan balita suara tersebut lebih besar 20 desibel.

Kondisi bioskop yang gelap dan volume suara yang besar, terkadang menggelegar, tentunya sangat tidak nyaman bagi bayi. Bioskop akan menjadi tempat baru bagi si anak, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan suara bising atau keramaian. Tidak semua anak menonton film dalam situasi seperti ini di rumah. 
Jika anak merasa tidak nyaman, tidak perlu memaksakan mereka menunggu sampai akhir cerita atau terus membujuk tetap menonton meski si anak sudah menangis-nangis meminta keluar ruangan. Hal kecil seperti ini bisa saja membuatnya trauma.

USIA YANG TEPAT

Jalan paling aman bagi orangtua membawa anak mereka ke bioskop ketika anak berusia tujuh tahun atau lebih. Pada usia ini, anak biasanya sudah mengerti jalan cerita dan bisa duduk tenang lebih dari satu jam.

Menurut ahli psikologi Swiss Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (usia 2-7 atau 8 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7 atau 8 - 11 atau 12 tahun) dan tahap operasional formal (usia 11 atau 12 - 18 tahun).

Pada tahap sensorimotor, perkembangan kognitif anak masih dalam tahap awal. Pengalaman pertama sangat penting bagi mereka. Jika anak melihat atau mendengar sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman, seperti suara menggelegar di bioskop, itu bisa menjadi pengalaman traumatik bagi anak.

Sebaliknya, jika anak dibiasakan menonton film di bioskop, mereka bisa menjadi hiposensitif dengan suara keras sehingga menjadi tidak peduli dengan suara di lingkungannya. Jadi, bisa disimpulkan, membawa anak di bawah usia 2 tahun akan berakibat buruk terhadap perkembangan kognitif mereka.

Pada tahap operasional konkrit, yang dimulai pada usia 7 atau 8 tahun, anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, meskipun hanya terhadap benda-benda yang bersifat konkrit. Karena itu, usia 7 tahun dianggap sebagai usia yang tepat untuk mengajak anak menonton film di bioskop. Anak sudah mulai bisa mengikuti urutan film dan menggunakan pemikiran logisnya.

FILM DAN TV DAPAT MENGGANGGU PERKEMBANGAN MENTAL ANAK

Seperti halnya indera pendengaran, otak bayi masih belum berkembang sempurna. Bayi tidak bisa memproses gambar-gambar di televise ataupun layar bioskop dengan cara sama seperti Anda.

Sejumlah penelitian menunjukkan, bayi yang menonton TV selama 60 menit sehari memiliki skor perkembangan lebih rendah dibandingkan bayi yang sama sekali tidak terekspos televisi. Jangan salah, program-program TV seperti Sesame Street pun sebenarnya belum cocok ditonton anak di bawah usia 2 tahun. Begitupun halnya dengan menonton bioskop.

Jika dikaitkan dengan Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg, penalaran seorang anak terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat penalaran prakonvensional, penalaran konvensional dan penalaran pascakonvensional.

Bayi dan balita masih menjalani tahap penalaran prakonvensional, di mana penalaran moral mereka dikendalikan oleh imbalan dan hukuman eksternal. Inilah saat mereka memahami konsep kepatuhan dan hukuman. Saat mereka patuh, maka tidak akan ada hukuman. Sebaliknya, ketika mereka tidak patuh mereka akan dihukum.

Pada tahap ini, anak belum bisa membedakan perilaku baik dan buruk. Alhasil, jika Anda mengajaknya menonton film yang memiliki unsur kekerasan, meskipun itu film kartun, anak bisa langsung menirunya karena belum memiliki kemampuan untuk membedakan perilaku baik dan buruk.

Jika anak sudah terbiasa melihat kekerasan dalam acara televisi maupun film bioskop, dan menyadari tidak adanya hukuman atas kekerasan tersebut, anak akan mengikuti perilaku buruk tersebut .

PEMILIHAN FILM

Pemilihan film juga penting. Tidak semua film anak-anak layak ditonton anak. Akan lebih baik jika orangtua melihat terlebih dulu film tertentu sebelum mengajak anak menonton. Melihat review di internet atau bertanya kepada orangtua lain yang mungkin sudah lebih dulu menonton.

Cerita dengan adegan yang menakutkan dapat mempengaruhi pikiran dan sensitivitas pada anak Anda.

PERSIAPKAN ANAK SEBELUM MENONTON

Jika anak Anda sudah berada pada usia tepat untuk diajak ke bioskop, lakukan persiapan yang matang. Persiapan sebelum menonton akan sangat berguna, baik bagi anak maupun orangtua. Selain menggambarkan situasi di bioskop, pastikan Anda meminta anak dengan baik untuk mematuhi beberapa aturan agar tidak mengganggu penonton lain.

Ada baiknya Anda membuat "perjanjian" dengan anak agar berbicara pelan di dalam ruangan, tidak mengangkat kaki, ataupun melompat-lompat di atas kursi. Sesuaikan pula waktu menonton dengan mood si anak atau jam-jam di luar waktu tidurnya.

Makanan dan minuman kesukaannya juga perlu disiapkan sejak awal untuk menghindari hilir mudik di dalam bioskop jika anak meminta sesuatu. Sebelum masuk bioskop, biasakan mengajak anak ke toilet untuk pipis atau pup agar si anak dapat menonton film sampai selesai.


Oleh: Defanie Arianti (Kontributor Biro Psikologi Eureka Consulting)


SUMBER:
http://www.ayahbunda.co.id/…/kapan.balita.s…/001/007/530/1/1

http://www.ayahbunda.co.id/…/hindarkan.bayi…/001/005/872/1/1

http://family.fimela.com/…/tips-dan-trik-mengajak-anak-bali…

http://female.kompas.com/…/091…/mengajak.si.kecil.ke.bioskop

http://jnchaney.com/…/6-reasons-why-you-should-never-bring…/

http://zelinvozeyo.blogspot.com/…/teori-perkembangan-anak-m…

Komentar

Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar