Beberapa minggu terakhir ini Anda menyadari si kecil sering membantah atau menyahuti perkataan Anda. Padahal, selama ini buah hati tercinta Anda selalu manis dan patuh. Namun, tiba-tiba si kecil mulai sering membantah. Contohnya, ketika diingatkan untuk mandi, anak malah minta bermain, atau ketika jam makan malam, anak sulit beranjak dari depan televisi. Bahkan, tidak jarang, si buah hati menjawab “Tidak” terhadap permintaan orangtuanya.
Bagi setiap orangtua, tentu saja fase ini cukup mengagetkan. Tapi, sebelum menyebut anak Anda “nakal” atau sulit diatur, ada baiknya Anda memahami lebih dalam tentang alasan anak membantah serta bagaimana cara mengatasinya.
Apa Sih yang Dimaksud Membantah?
Menurut Evi Elviati, psikolog di Essa Consulting Group, membantah berarti menentang lingkungan sosial. Bentuk bantahan ini biasanya mengatakan hal yang berlawanan dengan keinginan atau apa yang dikatakan orangtua maupun guru. Bukan itu saja, bentuk lain bantahan bisa berupa aksi protes, melawan, mengerjakan apa yang dilarang hingga mengkritik.
Perilaku anak membantah bisa muncul di semua jenjang usia, namun biasanya mulai muncul pada usia 2 tahun, di mana anak sudah mampu merangkai kata-kata. Pasalnya, di usia tersebut anak mulai berusaha menerapkan otonomi atas dirinya. Mereka ingin mencoba batasan dan otoritas orangtua, sementara orangtua cenderung ingin bertahan. Umumnya, pertentangan ini akan berlangsung hingga anak menginjak usia remaja.
Penyebab Si Kecil Membantah
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak mulai membantah orangtuanya. Menurut Evi, penyebabnya antara lain adalah:
Melihat contoh dari lingkungan sekitar. Misalnya, si kecil melihat kakaknya atau teman sepermainannya membantah kata-kata orangtuanya. Anak selalu diminta melakukan hal-hal di luar kemampuannya. Misalnya, Anda meminta anak mengambil buku di atas rak, padahal dia tidak bisa meraihnya. Anak memiliki keinginan berbeda dengan orangtua.Sementara itu, Irwan Prayitno dalam bukunya bertajuk “Anakku Penyejuk Hati” menyebutkan sejumlah faktor yang mengakibatkan munculnya perilaku anak membantah.
Penerapan disiplin yang longgar di mana orangtua tidak mampu mengatakan “tidak” atau menolak keinginan anak. Sebaliknya, disiplin yang berlebihan, otoriter dan sikap perfeksionis orangtua juga bisa memunculkan keinginan membantah dari diri anak. Penerapan disiplin yang tidak konsisten. Misalnya, ibu mewajibkan anak tidur siang, sementara ayah kerap membolehkan anak tidak tidur siang. Akibat situasi konflik yang sedang dihadapi orangtua. Terjadi pada anak kreatif yang tidak ingin serta-merta melakukan apa yang diinginkan orangtua. Anak ingin melakukan apa yang dia inginkan. Marah atau kecewa pada orangtua maupun anggota keluarga lain. Anak sedang lelah, sakit, lapar atau perasaan tidak enak lainnya.Ada sejumlah faktor lain yang dapat menyebabkan anak membantah orangtua. Menurut Jane Nelsen, penulis buku Positive Discipline, “ketika anak menyahut perkataan orangtua, dia sebenarnya mengungkapkan kemarahan, frustrasi, ketakutan atau rasa sakit.”
Jane menambahkan, perilaku membantah atau menyahuti perkataan orangtua adalah keinginan anak untuk diperhatikan orangtua. Biasanya, perilaku ini muncul saat keluarga menghadapi masa transisi, misalnya kehadiran bayi baru atau perubahan jadwal kerja orangtua. Anak mungkin merasa diacuhkan sehingga berusaha mencari perhatian Anda dengan membantah atau menyahuti perkataan Anda.
Menyikapi Anak Membantah
Jadi, apa yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi si kecil ketika membantah?
Evi Elviati menyarankan orangtua untuk membuka komunikasi dengan anak agar dapat mengetahui penyebab mereka membangkang. Dengan berkomunikasi, orangtua dan anak dapat menemukan jalan keluarnya bersama-sama.
Setelah itu, orangtua harus menerapkan disiplin yang konsisten namun tetap menyenangkan dan terbuka. Jadi, selain anak yang diharuskan mematuhi aturan, orangtua juga harus konsisten mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak ada salahnya menerima masukan dari anak ketika mereka protes karena melihat Anda melanggar aturan Anda sendiri.
Orangtua juga diharapkan dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam keluarga. Pasalnya, stres dan konflik yang terjadi pada orangtua dapat mengurangi penghargaan anak terhadap orangtua.
Sementara itu, Michelle Borba, PhD, konsultan sekaligus penulis ‘Don’t Give Me That Attitude: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them’ memaparkan beberapa strategi sesuai usia anak yang dapat membantu orangtua tetap tenang dalam menghadapi si kecil.
Batita
Contoh situasi: Anda menyuruh batita Anda membereskan mainan. Namun, tanpa disangka si kecil malah berkacak pinggang sambil berteriak, “Nggak mau!”
Cara mengatasinya: Hitung sampai tiga untuk menenangkan diri Anda. Tidak ada gunanya marah-marah terhadap anak kecil. Bisa jadi, mereka bersikap seperti itu karena mereka takut ketika mematuhi permintaan Anda, maka Anda akan langsung sibuk dengan aktivitas pribadi. Lebih baik, Anda merespon dengan lembut sambil member contoh bagaimana cara membereskan mainan yang benar.
Balita
Contoh situasi: Anak Anda baru pulang dari sekolah dengan suasana hati yang buruk dan kelelahan. Dia meminta es krim yang segera Anda tolak. Si kecil pun berteriak, “Mama/Papa jelek!”.
Cara mengatasi: Sarah Grunstein, pekerja sosial klinis di Berkeley, California mengatakan, bantahan anak mungkin merupakan ungkapan rasa frustrasi yang mereka rasakan sebagai anak kecil di dunia yang besar. Balita Anda ingin mandiri tapi kerap merasa tidak berdaya. Anda juga harus memahami bahwa bersikap manis sepanjang hari di sekolah bukan pekerjaan mudah bagi anak. Tak ayal, mereka menunggu saat tiba di rumah untuk melampiaskan perasaannya. Sebaiknya, abaikan saja sebutan “jelek” dari anak. Anda bisa mengingatkan anak dengan lembut bahwa mengejek dapat menyakiti perasaan orang lain.
Usia 5 TahunContoh situasi: Anda menyuruh si kecil mematikan TV. Anak Anda melemparkan remote ke lantai sebelum berlari ke kamarnya dan membanting pintu.
Cara mengatasi: Anda dapat member hukuman kepada anak Anda untuk mendidik bahwa tindakannya melempar barang dan membanting pintu adalah salah. Karena di usia 5 tahun anak sudah cukup besar untuk belajar bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Jelaskan kepada anak mengapa Anda memberikan hukuman tersebut dan tunjukkan bahwa Anda ingin mereka belajar disiplin.
Usia 6 Tahun
Contoh situasi: Anda menanyakan apakah anak Anda sudah mengerjakan tugas-tugasnya, namun dia hanya menoleh sekilas dari kesibukannya bermain game. Setelah beberapa kali bertanya, si kecil menyahut dengan nada mengejek dan meremehkan.
Cara mengatasi: Anak di usia ini memang sedang senang membantah. Mereka ingin menguji kesabaran Anda dan ingin mengklaim wilayah independennya sendiri. Perilaku membantah ini juga mendapat pengaruh besar dari teman bermain, begitu juga TV, film dan video game. Jadi, ini adalah saat yang tepat bagi Anda untuk membuat aturan mengenai cara yang benar berbicara di hadapan orang dewasa dan membedakannya dari berbicara dengan teman-teman. Jangan lupa untuk memuji anak ketika mereka bersikap sopan seperti yang Anda ajarkan.
Manfaatkan Perilaku Membantah Anak
Setelah Anda tahu cara mengatasi anak ketika membantah, Anda sebenarnya juga bisa memanfaatkan perilaku ini. Ya, tindakan anak membantah memang sekilas terlihat buruk, namun sebenarnya ada juga sisi positifnya. Dengan membantah, anak bisa berargumentasi. Selain itu, anak juga menunjukkan kemampuan berbahasa dengan merangkai kata-kata untuk menguatkan argumennya.
Anda bisa menstimulasi anak untuk berargumentasi. Beri anak kesempatan mengutarakan alasan dan pastikan Anda tidak cepat-cepat memotong perkataannya. Sebaliknya, Anda juga harus mengajarkan si kecil agar tidak memotong orang lain yang sedang berbicara.
Ingatkan anak jika suaranya mulai meninggi. Jelaskan kepada si kecil bahwa dengan meninggikan suara mereka tidak akan mendapatkan keinginannya. Jadilah contoh bagi anak Anda dengan berargumentasi secara tenang serta mengemukakan pendapat yang rasional dan jelas ketika melarang mereka.
Oleh: Defanie Arianti (Kontributor Biro Psikologi Eureka Consulting)
Sumber:
https://layyinakita.wordpress.com/tag/anak-membantah/
http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=212
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/sisi.positif.saat.anak.membantah/001/007/827/1/1
Komentar
Belum Ada Komentar